Datuk Landak, Tokoh Ulama Banjar Penyebar Islam di Pulau Bangka

BABAK baru penyebaran Islam di Pulau Bangka baru terjadi atau diperkirakan berlangsung sekitar pertengahan abad XIX. Disebut sebagai babak baru karena upaya penyebaran Islam secara intensif dilakukan ke hampir seluruh Pulau Bangka bermula pada pertengahan abad XIX.

Pada priode ini, ulama Banjar (Kalimantan Selatan) memegang peranan penting, karena mereka inilah yang konon disebut-sebut sebagai ulama paling berpengaruh ‘mewarnai’ Islam di Pulau Bangka. Mengenai kapan tahun kedatangan pertama ulama-ulama Banjar ke Pulau Bangka belum diperoleh data yang pasti.

Dalam makalah berjudul Islamisasi di Bangka ditulis oleh Ketua STAIN SAS Bangka Belitung, Drs Zulkifli Harmi MA, dalam Seminar Nasional Sejarah Masuknya Islam di Bangka Belitung, memaparkan salah seorang ulama Banjar yang tercatat mendatangi sekaligus menyebarkan Islam di Pulau Bangka adalah KH Muhammad Afif (Datuk Landak).

Ia ini keturunan ketiga (cicit) Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari ulama Banjar yang paling berpengaruh dan pengarang kitab fiqih Sabil al Muhtadin yang tersohor itu. Kemungkinan besar, H Muhammad Afif yang tidak lain adalah ayah dari Syaikh Abdurrahman Siddik ini datang ke Pulau Bangka tepatnya di Muntok pada dekade setelah 1860-an.

Dakwah Islam di Pulau Bangka yang dilakukan oleh ulama Banjar pada pertengahan abad XIX atau sekitar tahun 1860-an, berawal dari peristiwa jatuhnya Kesultanan Banjar di tangan pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1859.

Hegemoni kekuasaan kolonial pada masa itu tidak saja meruntuhkan Kesultanan Banjar secara politik maupun ekonomi, namun turut pula menciptakan kekacauan dan rasa tidak aman bagi rakyat Banjar. Khususnya para ulama dan orang-orang kesultanan yang tidak mau tunduk dengan pemerintah Belanda, terus dikejar dan dibunuh.

Berdasarkan catatan Zulkifli, runtuhnya Kesultanan Banjar yang sebelumnya telah menggantikan kedudukan Kesultanan Palembang sebagai pusat kebudayaan dan intelektual Islam di nusantara akibat pendudukan pemerintah Hindia Belanda ini, membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan Islam di Bangka.

Rasa tidak aman rakyat Banjar dan ulama-ulamanya akibat penindasan pemerintah Hindia Belanda ini, membuat sebagian mereka memilih meninggalkan tanah kelahiran mereka (hijrah).

Salah satu tempat yang dipilih untuk hijrah dan bermukim adalah Pulau Bangka. Pada masa itu tercatat nama H Muhammad Afif  bersama istri mudanya Sofiyah binti H Muhammad Qasim dan tiga orang putranya, memilih bermukim di salah satu tempat yang strategis di Pulau Bangka yakni Kota Muntok.

Alasan mengapa H Muhammad Afif memilih melakukan penyebaran atau dakwah Islam di Pulau Bangka, tidak mendapat penjelasan rinci dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam di Bangka Belitung. Namun boleh jadi kedatangan H Muhammad Afif ini disebabkan karena wilayah Pulau Bangka pada masa itu masih terbilang aman dari penindasan kolonial (Belanda).

Tidak seperti di Banjar dimana pada saat itu para ulama dan orang-orang yang terkait dengan Kesultanan Banjar diuber-uber bahkan dibunuh oleh Belanda.

Tidak menutup kemungkinan pula kalau kedatangan H Muhammad Afif di Pulau Bangka adalah untuk meneruskan dakwah Islam yang sebelumnya sudah dilakukan oleh sejumlah ulama Banjar terdahulu. Kemungkinan seperti ini (melanjutkan dakwah ulama-ulama terdahulu). (*)

Referensi:

  • kota-islam.blogspot.com/
  • aladamyarrantawie.blogspot.com
  • islam-di-bangka-petaling-belitung.html

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *