BANGKA SELATAN – Masyarakat nelayan dari Desa Permis dan Desa Rajik, Kecamatan Simpang Rimba, Kabupaten Bangka Selatan, angkat suara mengenai kehadiran Kapal Isap Produksi (KIP) milik PT SMB di wilayah mereka.
Nelayan meminta agar Kejaksaan Agung (Kejagung) turun tangan untuk memeriksa asal muasal hasil timah dari kapal tersebut yang dinilai tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Menurut warga, hasil tambang dari KIP PT SMB tidak berdampak baik bagi kesejahteraan nelayan maupun penduduk sekitar. Bahkan, kehadiran KIP tersebut justru menyulitkan para nelayan dalam menjalankan aktivitas melaut.
“Kapal isap produksi itu tidak ada manfaatnya untuk kami. Malah membuat kami kesulitan melaut,” ungkap AN, warga Desa Permis.
Hal serupa diutarakan oleh nelayan lain, AG, yang menyatakan keberadaan dua unit KIP PT SMB di perairan sekitar juga mengganggu pemasangan jaring ikan mereka.
Satu unit KIP, yang jarang beroperasi, hanya berlabuh dan menghalangi area nelayan. “Satu kapal hanya berlabuh saja, menghalangi kami memasang jaring,” keluhnya.
Nelayan lainnya juga mengungkapkan kecurigaan karena salah satu KIP milik PT SMB tersebut tidak pernah terlihat melakukan bongkar muat bijih timah.
Menurut RD, warga Desa Rajik, hal ini membuat warga bertanya-tanya mengenai aktivitas sebenarnya dari kapal tersebut. ”
Aneh, satu kapal itu tidak pernah terlihat membongkar bijih timah. Ada apa sebenarnya?” tanyanya.
Hingga kini, pihak media masih berupaya menghubungi berbagai pihak terkait, termasuk pemerintahan desa, untuk mendalami kecurigaan masyarakat setempat serta tanggung jawab perusahaan terhadap warga melalui Corporate Social Responsibility (CSR) di wilayah tersebut. (*)