BANGKA SELATAN – Perkembangan teknologi yang semakin maju harus dimanfaatkan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Hal tersebut dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Ahmad Dahlan, Jimmy Jupri.
Mahasiswa asal Dusun Angin Mamiri, Desa Celagen, Kecamatan Kepulauan Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini membuat aplikasi tata surya bernama PHARTSOST (Physis Augmentred Reality For Solar System).
Jimmy merancang aplikasi ini karena sejak awal, selalu merasa tertantang untuk mencari cara agar proses belajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Pada saat mengabdi dalam program kampus mengajar, remaja kelahiran Celagen, 29 Desember 2000 ini terus berusaha mencari solusi yang dapat membantu siswa dalam memahami materi yang saya ajarkan.
“Saat mengajar materi sistem tata surya, saya merasa kesulitan dalam menemukan media pembelajaran yang cukup interaktif dan memadai. Siswa sering kali bosan dengan presentasi slide sederhana dan gambar 2D yang kurang menarik. Saat itulah saya mulai berpikir tentang membuat inovasi media pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif,” ungkapnya kepada Mediaqu, Senin (10/4/23) malam.
Menurut anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. M. Jupri dan Hj. Siti Hasanah, pada awalnya dia hanya bermain-main dengan ide-ide sederhana tentang bagaimana membuat sistem tata surya menjadi lebih hidup dan interaktif.
Tetapi ide-ide tersebut mulai berkembang dan semakin kompleks. Dia memulai riset tentang teknologi yang dapat digunakan untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih interaktif, dan pada akhirnya, memutuskan untuk menggunakan teknologi augmented reality.
“Sebuah inovasi memang tidak bisa datang dengan mudah. Namun, ketika keresahan akan kebutuhan akan media pembelajaran yang lebih interaktif muncul, itulah saat dimulainya perjalanan saya dalam menciptakan aplikasi Android pembelajaran yang menggunakan teknologi augmented reality,” jelas Jimmy.
Awalnya, anak nelayan ini merasa terbatas dengan media pembelajaran yang ada untuk materi sistem tata surya yang dia ajarkan. Siswa-siswanya terlihat bosan dengan presentasi slide sederhana dan gambar 2D yang kurang menarik.
Seiring waktu, ide untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif mulai terbentuk di benaknya.
Lalu ia mulai melakukan riset tentang teknologi yang dapat digunakan untuk menciptakan media pembelajaran yang lebih interaktif. Setelah melihat beberapa contoh aplikasi pembelajaran, dia tertarik dengan teknologi augmented reality yang mampu memasukkan objek virtual ke dalam dunia nyata.
Namun, sebagai mahasiswa jurusan pendidikan fisika, dia tidak memiliki latar belakang teknis yang cukup untuk mengembangkan aplikasi ini. Jimmy pun memutuskan untuk mempelajari sendiri berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi Android, termasuk desain UI/UX, coding, dan 3D modeling.
“Saya belajar secara otodidak dengan mencari tutorial di internet dan meminta bantuan teman yang memiliki latar belakang teknis. Proses belajar yang cukup panjang dan rumit, tetapi setelah beberapa bulan, saya berhasil mengembangkan aplikasi Android pertama saya yang menggunakan teknologi augmented reality,” katanya.
Jimmy pun merasa senang dan bangga dengan hasil kerja kerasnya. Bahwa berhasil menciptakan aplikasi Android yang tidak hanya memudahkan dirinya dalam mengajar, tetapi juga membantu para siswa dalam memahami materi dengan cara yang lebih interaktif dan menyenangkan.
Setelah mendapatkan hak cipta untuk aplikasi tersebut, Jimmy pun memutuskan untuk memperkenalkannya ke masyarakat dengan mengirimkan aplikasi ke beberapa sekolah dan universitas, serta mengajak media untuk meliput tentang aplikasi yang saya ciptakan.
“Sekarang, aplikasi saya In Sha Allah mulai dipromosikan dari pihak kampus untuk di gunakan disekolah-sekolah. Saya berharap aplikasi ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan membuka jalan untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan,” pungkasnya. (Suf)