ERAU Adat Benua Tuha di Desa Sabintulung kembali digelar. Pembukaan pesta adat itu ditandai dengan penabuhan gong oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin di lapangan sepak bola Desa Sabintulung, Kecamatan Muara Kaman, Kukar, pada Sabtu (15/7) lalu.
Erau Adat Benua Tuha merupakan ritual adat turun temurun yang dimiliki Desa Sabintulung. Bahkan sejak awal berdirinya Desa Sabintulung, kegiatan itu rutin dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini erat kaitannya dengan Erau di Tenggarong.
Seiring perjalanan Erau Adat Benua Tuha, tak hanya tentang ritual dan adat budaya, namun menjadi bagian tak terpisahkan dengan sisi pariwisata. Tentu saja tanpa mengenyampingkan kearifan lokal. Setidaknya dua tahun belakangan, Erau di Sabintulung dikemas layaknya event-event budaya pada umumnya.
Tampilannya semakin apik, ada tarian massal pada upacara pembukaannya, panggung hiburan dan seni, perlombaan dan permainan olahraga tradisional, serta expo bazar UMKM dan dilaksanakan selama 7 hari. Bahkan event ini sudah masuk kalender tahunan Kukar.
Sejarah Erau, Upacara Adat Bagi Masyarakat Kutai di Kaltim
Kalimantan Timur terkenal dengan banyaknya upacara adat yang masih terus dilestarikan. Salah satu upacara adat yang masih rutin digelar adalah Erau. Dikutip dari website Kemendikbud, Erau merupakan kegiatan atau acara besar yang bersifat sakral, ritual, dan juga hiburan.
Upacara Erau seperti pesta adat tahunan yang masih rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Erau berasal bahasa Kutai yakni Eroi yang berarti ramai, riuh, ribut, atau suasana yang penuh suka cita.
Hal itu merujuk dari banyaknya kelompok atau orang-orang yang terlibat di dalam upacara tersebut. Upacara ini menjadi salah satu upacara yang paling meriah dan besar bagi masyarakat Kutai.
Lantas bagaimana sejarah dari upacara Erau?
Dahulu saat masyarakat Kutai masih dipimpin oleh seorang Sultan, tujuan dari Erau adalah untuk menepungtawari atau mmenelah tanah, air, hutan serta raja yang berkuasa.
Menurut kepercayaan masyarakat Kutai, upacara ini diyakini dapat mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan kepada penduduk.
Dengan melakukan Erau, kawasan sawah, ladang, sungai dan hutan akan menjadi subur.
Raja yang memerintah pun akan selalu dilindungi oleh Allah Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, biaya untuk penyelenggaraan Erau ditanggung secara bersama-sama oleh masyarakat. Sebab penyelenggaraan upacara ini tidak sebentar, yakni sekira 8 hari 8 malam.
Persiapan upacara biasanya telah dilakukan jauh-jauh hari dan akan semakin intensif sebulan sebelum pelaksanaan upacara. Ada beberapa persiapan upacara yang biasanya dilakukan jauh-jauh hari dan akan semakin intensif sebulan sebelum pelaksanaan upacara.
Biasanya, hal-hal yang dipersiapkan antara lain adalah surat undangan kepada seluruh camat dan kepala adat agar dapat datang dan membawa bahan-bahan pokok seperti beras, ayam, ikan, telur dan lain sebagainya.
Lalu membangun rumah besar atau ruangan-ruangan untuk tempat upacara di depan keraton. Lalu membuat 2 ekor naga jantan dan betina dari rangka bambu atau rotan yang dibaluti kain dan nantinya akan dilabuhkan atau dilarung ke air pada hari penutupan Erau.
Sumber : bestie.suaram.com, kukarpaper.com