Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci BNN Basel Capai Kabupaten Bebas Narkoba

Kepala BNNK Bangka Selatan, Hendra Amoer.

BANGKA SELATAN — Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Bangka Selatan menggelar rilis akhir tahun 2024 pada Jumat (27/12/24), bertempat di Kantor BNN Kabupaten Bangka Selatan, Kompleks Perkantoran Terpadu Pemerintah setempat.

Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan capaian dan kinerja sepanjang tahun 2024 sekaligus menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, desa, dan masyarakat dalam upaya pemberantasan peredaran narkoba.

Kepala BNN Bangka Selatan, Hendra Amoer, dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa lembaga ini fokus pada tiga program utama, yairu pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi, serta pemberantasan.

Bacaan Lainnya

“Semua program ini diharapkan dapat memperkuat langkah nyata dalam mewujudkan Kabupaten Bangka Selatan yang bebas narkoba,” ujar Hendra Amoer di konfirmasi Mediaqu.

Dalam rilis tersebut, BNN juga menyoroti peran penting pemerintah desa dalam penanganan masalah narkoba.

Hendra menyarankan agar perangkat desa menjadi teladan dengan mengikuti tes urine sebagai bukti keseriusan mereka dalam mendukung program antinarkoba.

“Jika perangkat desa ingin mengajak masyarakat, mereka harus menunjukkan bahwa mereka bersih dari narkoba terlebih dahulu,” tegasnya.

Selain itu, BNN telah mengadakan rapat koordinasi tingkat kabupaten dan desa untuk membangun komitmen bersama dalam memperkuat Desa Bersih Narkoba (KDS).

“Nah, Desa ini diharapkan menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan narkoda di tingkat akar rumput,” kata Hendra.

Menghadapi tantangan geografis Kabupaten Bangka Selatan yang sebagian besar merupakan kawasan pesisir, BNN juga mengungkapkan pentingnya penguatan pengawasan di wilayah pesisir sebagai titik rawan peredaran narkoba.

“Kami sudah memetakan jalur-jalur masuk narkoba di wilayah pesisir. Meskipun tidak dapat kami ungkapkan secara rinci, langkah antisipasi sudah kami lakukan,” katanya.

Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional yang ditetapkan oleh Kepala BNN RI. Kolaborasi dengan aparat penegak hukum seperti kepolisian dan lembaga terkait lainnya terus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan.

Sebagai bagian dari program rehabilitasi, lanjut Hendra, BNN Bangka Selatan telah menerima 24 klien rehabilitasi selama tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 20 di antaranya adalah laki-laki, sementara 4 lainnya perempuan.

Adapun rinciannya, 2 orang di antaranya berusia di bawah 18 tahun, 18 orang berusia antara 18 hingga 40 tahun, dan 4 orang berusia di atas 40 tahun.

Mayoritas pengguna adalah pengguna shabu (23 orang), sementara satu orang lainnya terindikasi ketergantungan alkohol.

Berdasarkan latar belakang pekerjaan, klien-klien yang menjalani rehabilitasi sebagian besar bekerja sebagai buruh harian (13 orang), diikuti oleh wiraswasta, petani, nelayan, dan profesi lainnya.

“Hal ini menunjukkan bahwa narkoba menyentuh hampir seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang usia atau pekerjaan,” jelas Hendra.

Hendra juga menegaskan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam pemberantasan narkoba, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama.

Meski BNN memiliki kewenangan dalam penyelidikan dan penyidikan, BNN berharap bisa memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak guna menghasilkan dampak yang lebih maksimal.

“Kami optimistis dengan adanya kerja sama antara berbagai elemen masyarakat, kita bisa mengurangi peredaran narkoba di Bangka Selatan,” ujarnya.

Sebagai penutup, BNN Bangka Selatan kembali menegaskan bahwa upaya ini bukan hanya tanggung jawab BNN, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.

“Dengan bersama-sama, kita dapat mewujudkan Bangka Selatan yang bersih dari narkoba,” pungkasnya. (Suf)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *