Antara “Siap Perintah” dan “Asal Bapak Senang”

DI SEBUAH kantor pemerintahan yang terkenal dengan birokrasinya yang rumit, hiduplah seorang PNS bernama Budi. Budi bukanlah PNS biasa. Dia adalah seorang ahli dalam seni “menjilat” dan memiliki slogan andalan: “Siap Perintah!”. Namun, di balik slogan itu, ada moto rahasianya yang lebih jujur, “Asal Bapak Senang” atau ABS. Budi adalah master dalam hal ini.
Budi dikenal sebagai orang yang selalu siap membantu atasan, tapi hanya atasan. Jika ada rekan sejawat atau bawahan yang meminta bantuan, Budi tiba-tiba menjadi sangat sibuk. Entah dia sedang “mengerjakan laporan penting” atau “ada rapat dadakan”. Tapi begitu atasan muncul, Budi langsung berubah menjadi superhero kantor. Dia bisa berlari dari ujung koridor ke ujung lainnya hanya untuk membukakan pintu untuk sang bos.
Suatu hari, kantor kedatangan pimpinan baru, Pak Joko. Pak Joko adalah orang yang tegas dan disiplin, tapi juga terkenal dengan selera humornya yang agak aneh. Budi, yang sudah mahir membaca karakter atasan, langsung menyusun strategi. Dia tahu, untuk mendapatkan hati Pak Joko, dia harus menjadi “siap perintah” lebih dari biasanya.
Hari pertama Pak Joko masuk, Budi sudah siap dengan senyum lebar dan sapaan ramah. “Selamat pagi, Pak Joko! Semoga hari ini menyenangkan untuk Bapak!” ujar Budi dengan suara merdu. Pak Joko hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
Beberapa hari kemudian, Budi mulai menunjukkan “keahlian”nya. Saat Pak Joko sedang rapat, Budi selalu berada di dekatnya, siap dengan catatan dan air mineral. Jika Pak Joko berkeringat, Budi langsung mengipasinya dengan kertas laporan. Jika Pak Joko batuk, Budi langsung menawarkan permen tenggorokan. Bahkan, ketika Pak Joko mengeluh tentang AC yang terlalu dingin, Budi langsung berlari ke ruang teknisi untuk meminta suhu diatur ulang.
Tapi, puncak kesempurnaan Budi terjadi saat Pak Joko bercanda di depan staf. “Wah, saya dengar ada yang bilang kalau saya suka makan bakso. Tapi, bakso favorit saya itu yang pakai banyak sambal, ya!” canda Pak Joko. Semua orang tertawa, tapi Budi mengambil candaan itu serius.
Keesokan harinya, Budi datang ke kantor dengan membawa bakso buatan sendiri. Dia bahkan sudah menyiapkan sambal khusus yang dibuat dari resep rahasia. “Ini bakso untuk Bapak, Pak Joko. Saya buatkan khusus, sambalnya juga banyak, sesuai permintaan Bapak!” ujar Budi bangga.
Pak Joko terkejut. “Wah, Budi, saya hanya bercanda kemarin,” katanya sambil tertawa. Tapi Budi tetap bersikeras. “Tidak apa-apa, Pak. Saya siap perintah! Asal Bapak senang!”
Semua staf yang melihat kejadian itu hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Mereka sudah terbiasa dengan tingkah Budi yang selalu mencari muka. Tapi, kali ini, mereka merasa Budi sudah keterlaluan.
Beberapa minggu kemudian, kantor mengadakan acara kerja bakti. Semua staf diminta untuk membersihkan lingkungan kantor. Budi, yang biasanya menghindari kerja fisik, tiba-tiba menjadi sangat antusias. Dia langsung mengambil sapu dan mulai menyapu halaman kantor dengan penuh semangat. Tapi, begitu Pak Joko muncul, Budi langsung berlari ke arahnya.
“Pak Joko, jangan khawatir! Saya sudah siap perintah! Biar saya saja yang menyapu, Bapak istirahat saja!” ujar Budi sambil tersenyum lebar.
Tapi, kali ini, Pak Joko tidak terkesan. “Budi, kerja bakti ini untuk semua staf. Kamu tidak perlu selalu mencari muka. Cukup lakukan tugasmu dengan baik,” kata Pak Joko tegas.