BANGKA SELATAN – Dugaan kecurangan dalam absensi Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan aplikasi GPS palsu atau Fake GPS mengguncang Kabupaten Bangka Selatan.
Praktik ini diduga dilakukan sejumlah ASN untuk memanipulasi kehadiran mereka, sehingga terkesan hadir di kantor meski sebenarnya berada di luar lokasi yang ditentukan. Kasus ini memicu keresahan di kalangan pegawai yang menuntut integritas dalam sistem kehadiran.
“Sebenarnya kita bukan orang yang rajin juga, tapi kalau ini dibiarkan maka tidak benar juga,” ujarnya salah satu sumber terpercaya kepada Mediaqu belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa meskipun absensi berbasis lokasi telah diatur hanya bisa diakses di radius tertentu di sekitar kantor, beberapa ASN masih bisa mengakali sistem sehingga absensi tetap terlihat aktif meski mereka tidak berada di kantor.
Merespons kabar tersebut, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Bangka Selatan, Suprayitno, memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi terkait kasus ini.
“Alhamdulillah kita belum dapat informasi, dan untuk titik lokasi hanya bisa diakses di seputar kantor. Jadi sudah kita antisipasi jangan sampai ada indikasi absensi di luar jangkauan kantor,” kata Suprayitno, Senin (28/10/2024).
Ia juga menegaskan bahwa sistem absensi ASN di Bangka Selatan telah dirancang menggunakan titik lokasi yang ketat, sehingga absensi tidak bisa diakses dari luar area yang ditentukan.
“Kami telah menetapkan titik lokasi khusus di sekitar kantor untuk absensi, jadi secara teknis tidak memungkinkan bagi ASN untuk mengisi kehadiran dari luar area tersebut,” jelasnya.
Diketahui, modus penggunaan Fake GPS memungkinkan pengguna memalsukan koordinat lokasi sehingga bisa mengecoh sistem absensi.
Beberapa ASN diduga menggunakan cara seperti mengkloning ponsel atau mengaktifkan mode pengembang pada perangkat mereka, sehingga aplikasi menerima sinyal lokasi palsu dan menunjukkan mereka berada di kantor.
Meski tampak sederhana, tindakan ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah daerah yang tengah berupaya menegakkan disiplin ASN.
Praktik serupa telah muncul di sejumlah wilayah lain di Indonesia. Di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, sekitar 588 ASN diduga memanfaatkan Fake GPS untuk absensi dari lokasi yang tidak sesuai.
Seorang ASN bahkan tercatat mengakses aplikasi absensi dari ribuan titik koordinat berbeda. Pemerintah Kota Baubau kini memperketat pengawasan dan mengidentifikasi ASN yang terlibat.
Di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Kepala BKPSDM Selayar, Patta Amir, mengungkapkan bahwa meskipun sistem absensi digital telah dirancang untuk mendeteksi lokasi, sejumlah ASN masih berhasil menemukan celah manipulasi.
Lonjakan kasus penyalahgunaan Fake GPS ini mendorong berbagai pemerintah daerah untuk mengevaluasi sistem absensi digital secara menyeluruh, guna menutup celah kecurangan dan menjaga kedisiplinan ASN.
Di Kabupaten Bangka Selatan, BKPSDMD berkomitmen untuk terus mengawasi penerapan sistem absensi demi memastikan kehadiran ASN sesuai aturan. (Suf)