Headline

Merayakan Kemerdekaan dengan Hati, Pesan Prof. Udin di Gang Dahlia

PANGKALPINANG — Di sebuah gang kecil bernama Dahlia 7, Kelurahan Bukit Merapin, Pangkalpinang, suasana Sabtu malam (16/8/2025) terasa berbeda. Ratusan orang berkumpul di halaman sederhana Markaz Majelis Basyairul Khoirot. Mereka duduk beralaskan tikar, berjejer rapi di bawah cahaya lampu yang temaram, sembari melantunkan dzikir dan doa bersama memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak ada panggung megah atau pengeras suara berlebihan, namun kehadiran para jamaah dari berbagai kalangan membuat suasana menjadi khidmat. Lantunan dzikir dipimpin oleh KH. A. Syaehku, yang dengan suara teduh mengingatkan hadirin bahwa rasa syukur paling hakiki kepada Allah SWT adalah dengan berzikir.

“Kalau kita ingat Allah, Allah pun akan ingat kita. Betapa banyak hajat yang terselesaikan bukan karena mikir, tapi karena zikir. Jadi, daripada pusing, mari kita banyak-banyak berzikir,” ucapnya, disambut takbir dan lirih doa dari jamaah.

Pesan itu seakan menembus relung hati hadirin. Ada yang menunduk dengan mata berkaca-kaca, ada pula yang mengangkat tangan tinggi-tinggi memohon doa. KH. Syaehku melanjutkan tausiyahnya, mengaitkan dzikir dengan kehidupan nyata: soal ekonomi, hutang, maupun hajat hidup yang belum terkabul. Semua, katanya, bisa menjadi ringan jika manusia menguatkan ikatan spiritual kepada Sang Pencipta.

Baca juga  Peringatan Hari Jadi Kota Toboali Bukan Hanya Sekedar Seremonial

Dzikir malam itu lalu mengalun panjang, ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa, keberkahan negeri, dan kekuatan masyarakat menjaga persatuan. Di tengah doa-doa itu, seolah tergambar harapan besar: bahwa kemerdekaan bukan hanya soal terbebas dari penjajahan, tetapi juga tentang menjaga jiwa agar tetap merdeka dari rasa putus asa.

Usai doa, suasana berubah menjadi hangat dan akrab. Jamaah saling bersalaman, menepuk bahu satu sama lain, lalu menikmati hidangan sederhana yang disiapkan panitia. Senyum-senyum kecil merekah, memperlihatkan bahwa kebersamaan adalah energi yang tak ternilai.

“Alhamdulillah, kita bisa memperingati kemerdekaan dengan cara yang menyejukkan hati. Doa dan dzikir ini bukan hanya bentuk syukur, tapi juga penguat semangat kita sebagai bangsa,” ungkap Prof. Udin, salah satu jamaah yang hadir malam itu.

Di tengah gegap gempita perayaan kemerdekaan dengan lomba dan pesta rakyat, tabligh akbar di Gang Dahlia ini menghadirkan nuansa berbeda. Hening dzikir dan doa yang mengalun seakan mengajarkan bahwa kemerdekaan juga perlu dirayakan dengan menundukkan hati—menyemai syukur, memperkuat iman, dan meneguhkan persaudaraan. (***)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!